KE PUNCAK PARA DEWA, MAHAMERU BAGIAN 4

Awal Mula
Pendakian ini dimulai pada musim hujan, 23 Oktober 2011. Ketika saya baru mau berangkat, seorang Bapak yang baru saja menjadi Ketua Panitia Pilkada Walikota Tangerang Selatan sedang berbincang dengan ibu saya. Katanya, “Wah, ke gunung Semeru?” dia menggeleng-geleng. “Saya enggak percaya kalo ngeliat fisiknya mah, semoga selamat deh.”
Ucapannya sangat merendahkan, tapi saya mengakui bahwa dia telah berkata dengan terus terang. Bukan cuma dia, tapi ibu saya pun ragu, dan dengan kekhawatiran yang berlebihan, akhirnya beliau mengizinkan saya.
“Jangan lupa bawa cokelat,” kata si Bapak itu lagi.
Sekitar siang hari saya berangkat diantar kakak saya, @wackwock, ke Pasar Jumat. Seharusnya kami janjian di rumah @lutifrivaldi di bilangan Gandaria, dekat Taman Puring. Tapi telepon @egiechaos memberitahu saya bahwa mereka tidak bisa menunggu, harus berangkat lebih dulu dan memastikan rombongan kami hadir pada saat pendaftaran ulang oleh panitia. Akhirnya saya maklum dan bergegas ke stasiun Senen seorang diri dengan naik bus. Di dalam bus menuju Senen, saya termenung-menung;
Gua ini menyusahkan terus—ya, dari mulai persiapan sampai menjelang keberangkatan …
Atau, pikiran seperti,
Ini cukup buruk untuk sebuah keberangkatan, ditinggal oleh teman-teman … jangan-jangan ini pertanda tidak baik?
Selagi pikiran itu berkelebat, tiba-tiba bus sudah membelok ke terminal Senen.
Saya berjalan kaki menuju stasiun sambil berusaha menelpon @egiechaos. Tak disangka, kami tiba di waktu yang hampir bersamaan. Ketika rombongan @egiechaos, @bangian, @lutfirivaldi, @budiomo, @fajar_sukma, Mas Arfan, dan Mas Arif sampai, saya sedang menumpang nge-charge di salah satu toko ponsel. Saya kaget begitu penjualnya menagih Rp 3.000, padahal paling banyak saya baru mencolok charger selama 15 menit. Ini … Apa-apaan …!!??? Tapi … yah … sudahlah, akhirnya saya berpikir. Jakarta memang keras, siapa suruh nge-charge (datang) ke sini!
Kami pun bergegas menggabungkan diri ke rombongan yang lebih besar.
@bangian bertanya, “Lengkap lo?”
“Lengkap dong,” jawab saya tak yakin. Dia tersenyum.
Panitia memanggil dan mengecek nama kami satu per satu. @egiechaos membayar kepada panitia sejumlah uang keikutsertaan saya. Dengan dibayarnya uang tersebut, seperti yang lain, saya pun mendapatkan kaus dari panitia, juga kartu tanda peserta, yang diperintahkan untuk selalu diikat di tempat yang paling terlihat.
Baju Peserta


Tak berapa lama, kami memasuki peron stasiun dan menunggu kereta yang akan berangkat pukul 14. Masih lama, waktu itu kami berpikir, dan dengan tenang makan siang di rumah makan nasi padang. Namun kenyataannya, sebelum jadwal keberangkatan yang sebenarnya itu, kereta sudah membawa kami semua pergi dari stasiun Senen. Hampir semua orang terburu-buru waktu meraih pegangan pintu kereta dan masuk. Tak pernah tepat waktu, begitulah kereta Indonesia.
Menuju kota Malang, kereta MATARMAJA meluncur dengan tenang …
Halaman : 123567891011

Ditulis oleh : M. Irwiyana

Also published on : www.readingbiograph.com
0 Komentar untuk "KE PUNCAK PARA DEWA, MAHAMERU BAGIAN 4"

Back To Top