Langgam Lawu ( Curhatper Menuju 3.265 ) bagian 1

"Dengarlah suara bening dalam hatimu..Biarlah nuranimu berbicara.. Lihatlah puncak gunung menjulang tinggi.. Perkasa menghadapi badai hidup..” Langgam Lawu – Kantata Samsara
Cotton Candy
Kembali ane ingin berbagi cerita dengan kaka-kaka tentang pengalaman ane dan kedua sahabat waktu ngesot kalem ke Lawu pertengahan Juli kemarin, tepat beberapa hari sebelum bulan suci Ramadhan datang. Perjalanan ini diawali dari niat ane ke Slamet yang kandas begitu saja karena ane berubah pikiran beberapa hari sebelum hari H.

#1 Jumat / 13 Juli 2012
Setelah cek persiapan, dengan menumpang Commline Serpong – Tn Abang, Meluncurlah tiga orang pria berparas ayu ini menuju ke St. Tanah Abang. Perjalananpun dilanjutkan dengan duduk manis selama kurang lebih 12 jam di KA Eko Bengawan yang sukses mengantarkan kami ke St. Solo Jebres.

#2 Sabtu / 14 Juli
Solo sangat cerah pagi itu, warung nasi gudeg depan stasiun mungkin adalah jawaban yang diberikan Tuhan atas kegundahan yang melanda lambung kami. Segera setelah sarapan dan susah payah mencari tiket pulang ( akhirnya kita dapet KA Eko Bisnis yang harganya lebih dari 2x lipat dari KA Bengawan ), kami bertiga segera berjalan kaki menuju dareah yang dinamakan Jembatan Sapi oleh orang sekitar untuk menunggu bis yang akan mengantar kami ke terminal Tawan Mangu. 

Tak perlu menunggu lama, bis yang ditunggupun datang, tanpa ba bi bu..dia langsung melaju menembus cuaca terik sepanjang Solo – Karang Pandan – Tawan Mangu. Perpaduan antara cuaca panas terik, jalan yang naik – turun, dan beat lagu dangdut remix yang menghentak2, benar – benar manyadarkan bahwa kami memang sedang melakukan sebuah perjalanan di salah satu pelosok negri ini. 

Setelah sampai di Tawan Mangu, kamipun melanjutkan perjalanan dengan mengunakan angkutan Elf untuk menuju pos Cemoro Kandang, ya..memang kami telah merencanakan untuk naik dari pos Cemoro Kandang. Sebenarnya disini kami telah membuat janji dengan salah satu kawan dari AGL untuk bertemu dulu sebelum naik, akan tetapi beliau sepertinya tidak jadi datang. 

Akhirnya kurang lebih pukul 12 siang setelah kami mendaftar dan tentunya mengisi perut serta menambah perbekalan air ( karena informasi yang kami dapat, air sedang kering di jalur ini ), kami memutuskan untuk naik. Berdoa dan gambreng hore.. Target hari ini adalah minimal pos 3 sebelum gelap.

Trek CK yang terbilang sedikit landai ( disbanding jalur lainnya ) ternyata cukup membuat kami suka bengong sendiri. Karena seperti cerita yang kami baca atau dengar sebelumnya, panjang dan lama itulah Lawu via CK. Selepas pos 2 s/d po 3, jalur mulai sedikit terbuka dan inipun merupakan jalur yang menurut kami cukup panjang, ditambah sebagai pewaris tahta ngesot kalem, kami banyak berhentinya.

Sibuk cari tiket pulang
Pos 1 CK, Taman Sari Bawah
Trek selepas pos 2
Dibalik itu, pemandangan awan di jalur ini sungguh memanjakan, karena cuaca cukup cerah pada bulan itu,sepanjang siang sampai sore benar - benar kami “nikmati” dengan banyak berhenti ya hanya untuk sekedar mengabadikan moment atau menikmatinya saja.
Berawan, Pos 2 - 3
Berawan, pos 2 dan 3
Pos bayangan setelah pos 2 terlewati, wah sudah dekat nih pikir ane..tetep aja gan masih jauh ternyata untuk sampai pos 3. Tetapi Tuhan memang punya rencana,dibalik jalur zig-zag yang monoton itu, kami bertiga disuguhi oleh pemandangan yang sangat indah..salah satu sunset yang sepertinya tidak pernah akan terlupakan..

Akhirnya menjelang gelap sekitar pukul 6 sore kamipun sampai di pos 3. Di dalam shelter sudah ada rombongan paman - paman dari Solo yang kami temui di bawah tadi. Segera kamipun berbagi tempat untuk mendirikan tenda dengan mereka di dalam shelter. Kegiatan malam itu adalah tidak lain adalah makan malam, ngopi sambil “pembicaraan laki-laki dewasa”. 

Sejenak kamipun keluar dari shelter untuk melihat kelap – kelip cahaya lampu kota dan binar – binar bintang malam itu, dengan angin dan suhu khas musim kemarau..brr!! sayang samping ane laki. Puas memikmati malam, kamipun langsung masuk tenda dan pingsan. 

Suara riuh sedang dari beberapa kawan – kawan pendaki lain yang baru datang sedikit membuat ane tersadar..”wah makin malam makin ramai nih” kata ane..tapi karena dingin dan cukup lelah, anepun langsung kembali tertidur
Sunset
Sunset
Malam hari tetaplah malam..


#3 Minggu / 15 Juni

Setelah bangun, kami langsung bersiap-siap untuk melanjutkan perjalanan. Kurang lebih pukul 9 pagi kita sudah berada di tengah – tengah jalur yang ternyata masih tetap zig-zag melipir. Dengan kesepakatan bersama, akhirnya kamipun memilih jalur memotong, konsekuensinya memang lebih menanjak,tapi sedikit lebih cepat untuk sampai. Kira – kira pukul 11 kamipun sampai di POS 4.


Disini kami beristirahat cukup lama, selain ingin menikmati belaian angin yang menjadi dingin ,kamipun membongkar perabotan lenong untuk mengeluarkan kompor dan segera memasak, karena tadi di POS 3 kami hanya sarapan roti saja. Ngopi selesai, makan sudah, kamipun segera melanjutkan perjalanan sekitar pukul 12 siang.

Jalur sudah sedikit banyak menurun dari sini untuk menuju ke puncak. Ditengah cuaca yang masih terik kamipun sampai di persimpangan Puncak ( Hargo Dumilah ) – Hargo Dalem – Puncak Hargo Dumiling. Setelah berdiskusi kamipun memilih untuk langsung naik saja ke Puncak HD dengan serta merta membawa perabotan lenong kami.
Jepret2 selesai,kita pilih jalur melipir lg


Si cantik edel, sebelum Pos 4
Antara Pos 3 - 4


Dari Pos 4 ke Puncak
Dari Pos 4 ke Puncak


Setelah kurang lebih 40 menit kami ngesot ria dibawah teriknya siang dan panggulan kami masing – masing, akhirnya sang tugupun terlihat… Alhamdulillah..puncak. Sesudah sujud syukurpun ane langsung berbagi kebahagian dengan dua sahabat ane..ya, inilah puncak puncak pertama mereka sebagai keluarga. Oya gan ane lupa info,kalau sebenarnya kedua sahabat ane itu adalah dua orang kakak-beradik. 


Selesai mengharu-biru dan jepret - jepret kamipun segera memutuskan untuk turun ke Mbok Yem. Sesampainya disana ane segera bergegas untuk menuju Sindang Drajat berharap ada air disana, ane pun bersyukur karena disana masih tersisa air. Siang itu diputuskan kami akan menginap satu malam lagi di Mbok Yem, selain karena waktu kami masih banyak, rasanya ada yang kurang kalau tidak melihat sanres esok pagi.



Karena gelap masih lama, siang menjelang sore tersebut kami habiskan dengan berkeliling ke Pasar Setan, Rumah Botol, dan Hargo Dalem. Selebihnya menjelang senja kami hanya duduk santai di depan tempat Mbo Yem sambil ngopi dan berbincang dengan kawan – kawan baru dari Jogjes.




Ditulis oleh : Ranggi Rathella

Para penjahit :
Ranggi Rathella
Fajar S. R
Alpin


0 Komentar untuk "Langgam Lawu ( Curhatper Menuju 3.265 ) bagian 1"

Back To Top